California - Ilmuwan berhasil menemukan planet terkecil di luar tata surya. Ini menjadi temuan paling menakjubkan dalam sejarah, karena membuka rahasia Bumi.Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Dr Geoffrey Marcy dari University of California Berkeley, AS. Planet bernama Kepler 10b itu dianggap sebagai penemuan terbesar dalam sejarah karena menjadi perantara antara keberadaan Bumi dengan planet-planet raksasa lain.
“Ini menjadi penemuan paling mendalam dalam sejarah manusia,” ujar Marcy. Kepler 10b terletak 3.000 triliun mil (4.800 triliun kilometer) dari Bumi dan memiliki temperatur 2.400 derajat Fahrenheit.
Lembaga Antariksa AS (National Aeronautics and Space Administration/NASA) menemukan planet yang memiliki ukuran 1,4 kali Bumi ini dengan teleskop Kepler yang bernilai 360 juta poundsterling (Rp 5,04 triliun).
Kepler 10b memiliki temperatur sangat panas. Meskipun berada cukup dekat dengan Bumi, planet ini terlalu jauh untuk dilihat dengan mata telanjang. Planet terkecil itu terletak di antara rasi atau kelompok bintang Cygnus dan Lyra.
“Semua kemampuan Kepler sudah dimanfaatkan untuk menemukan bukti nyata pertama dari planet bebatuan yang megorbit di bintang bukan Matahari,” ujar Dr. Natalie Batalha, peneliti Ames Research Centre NASA, California. [vin]
“Ini menjadi penemuan paling mendalam dalam sejarah manusia,” ujar Marcy. Kepler 10b terletak 3.000 triliun mil (4.800 triliun kilometer) dari Bumi dan memiliki temperatur 2.400 derajat Fahrenheit.
Lembaga Antariksa AS (National Aeronautics and Space Administration/NASA) menemukan planet yang memiliki ukuran 1,4 kali Bumi ini dengan teleskop Kepler yang bernilai 360 juta poundsterling (Rp 5,04 triliun).
Kepler 10b memiliki temperatur sangat panas. Meskipun berada cukup dekat dengan Bumi, planet ini terlalu jauh untuk dilihat dengan mata telanjang. Planet terkecil itu terletak di antara rasi atau kelompok bintang Cygnus dan Lyra.
“Semua kemampuan Kepler sudah dimanfaatkan untuk menemukan bukti nyata pertama dari planet bebatuan yang megorbit di bintang bukan Matahari,” ujar Dr. Natalie Batalha, peneliti Ames Research Centre NASA, California. [vin]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar